Rabu, 25 Agustus 2010

TOAR DAN LUMIMUUT

Dahulu kala, di pantai barat Pegunungan Wulur Mahatus terdapat sebuah batu karang yang bagus bentuknya. Batu karang itu tidak dihiraukan orang karena memang belum ada manusia di sekitarnya.
Suatu ketika di musim kemarau, cahaya matahari begitu menyengat sehingga batu karang itu mengeluarkan keringat. Pada saat itu pula, terciptalah seorang wanita yang cantik. Namamya Karema. Ia berdiri sambil menadahkan tangan ke langit dan berdoa, “O, Kasuruan opo e wailan wangko.” Artinya, “O Tuhan yang Maha Besar, jika Kau berkenan, nyatakanlah di mana aku berada serta berikanlah teman hidup untukku.”
Setelah selesai mengucapkan doa, batu karang itu pun terbelah menjadi dua dan muncullah seorang wanita cantik. Karema pun tidak sendiri lagi. Ia berkata kepada wanita itu, “Karena kau tercipta dari batu yang berkeringat, engkau kuberi nama Lumimuut. Keturunanmu akan hidup sepanjang masa dan bertambah seperti pasir di pantai laut. Akan tetapi, kamu harus bekerja keras memeras keringat.”
Pada suatu hari, Karema menyuruh putrinya yang cantik molek itu menghadap ke selatan agar ia hamil dan memberikan keturunan. Lumimuut pun melaksanakan perintah ibunya, tetapi tidak terjadi suatu apa pun. Karena ke arah selatan tidak berhasil, Lumimuut disuruh menghadap ke arah timur, barat, dan utara. Hal ini pun tidak membawa hasil.
Kemudian, upacara diadakan lagi. Lumimuut disuruh menghadap ke arah barat yang sedang berhembus angin kencang. Lama-kelamaan, setelah upacara selesai, badan Lumimuut menjadi lain. Ternyata, Lumimuut sudah hamil.
Selama hamil, Lumimuut selalu dijaga dan dirawat dengan penuh kasih sayang oleh Karema. Ketika saatnya tiba, Lumimuut pun melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Toar. Toar pun diberi pengetahuan dan kemampuan seperti yang dimiliki Karema.
Pertumbuhan badan Toar sangat cepat. Bentuk tubuhnya besar, kuat, kekar, dan perkasa. Di belantara hutan, Toar tidak takut dan tidak dapat ditaklukkan oleh anoa, babi rusa, maupun ular.
Setelah Toar dewasa, berkatalah Karema kepada Toar dan Lumimuut, “Sekarang sudah saatnya kalian berdua mengembara mengelilingi dunia. Aku sudah menyediahkan dua tongkat sama panjang. Tongkat untuk Toar terbuat dari pohon tuis dan tongkat untuk Lumimuut terbuat dari pohon tawaang. Kalau nanti dalam pengembaraan, kalian bertemu dengan seseorang, baik pria maupun wanita membawa tongkat seperti ini, bandingkanlah dengan tongkat kalian. Kalau tongkat kalian sama panjang, berarti kalian masih terikat keluarga. Akan tetapi, bila tongkat itu berbeda dan tidak lagi sama panjang, kalian boleh membentuk rumah tangga. Semoga hal ini terjadi dan kalian akan menghasilkan keturunan. Keturunan kalian akan hidup terpisah oleh gunung dan hutan rimba. Namun, akan tetap ada kemauan untuk bersatu dan berjaya.”
Nuwu (amanat) Karema menjadi bekal bagi Lumimuut dan Toar dalam pengembaraan mereka. Gunung dan bukit mereka daki. Lembah dan ngarai mereka lalui. Toar ke arah utara dan Lumimuut ke arah selatan. Tuis di tangan Toar bertambah panjang, tetapi tawaang di tangan Lumimuut tetap seperti biasa.
Pada suatu malam bulan purnama, di tengah kilauan sinar bulan, bertemulah Toar dengan Lumimuut. Sesuai dengan amanat Karema, mereka pun membandingkan tongkat masing-masing. Ternyata, tongkat mereka tidak sama panjang lagi sehingga upacara pernikahan pun dilaksanakan. Bintang dan bulan sebagai saksi. Puncak gunung tempat pelaksanaan upacara tampak bagaikan bola emas. Gunung itu kemudian dinamakan Lolombulan.
Setelah upacara pernikahan, mereka pun mencari Karema. Akan tetapi, ia tidak ditemukan. Kemudian, mereka menetap di daerah pegunungan yang banyak ditumbuhi buluh tui (buluh kecil). Di sanalah mereka beranak cucu. Keturunan demi keturunan, kembar sembilan (semakarua siyouw), dua kali sembilan. Kelahiran keturunan itu selalu disambut bunyi siul burung wala (doyot) yang dipercaya sebagai pertanda memperoleh limpah dan berkat karunia.

22 komentar:

  1. Selamat Malam. Boleh tahu referensi cerita diatas darimana? Terimakasih.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Awal cerita ini sebenarnya dari mana ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cerita Toar-Lumimuut yang paling lengkap dan yang terbaik diambil dari buku " Uit Onze Kolonien" tulisan.H.Van Kol. terbitan tahun 1903.halaman.160-165 dalam bahasa Tombulu " De Zang van Karema" ( nyanyian dewi Karema), seperti diketahui dewa-dewi Toar-Lumimuut adalah leluhur pertama orang Minahasa, kedua manusia pertama orang Minahasa yang menurunkan seluruh orang Minahasa itu telah dikawinkan oleh seorang dewi yang bernama Karema berwujud wanita tua. Karema, Lumimuut dan Toar adalah dewa-dewi leluhur pertama orang Minahasa, sebelum mereka ada juga beberapa nama leluhur lainnya, tapi semua leluhur lainnya itu telah mati tenggelam ketika pada zaman purba terjadi banjir besar Ampuhan atau Dimenew yang membuat seluruh tanah Minahasa terbenam air kecuali satu puncak pegunungan Wulur Mahatus di Minahasa selatan, demikian lah menurut cerita mithos Minahasa, dan cerita di bawah ini dimulai ketika banjir besar itu telah berlalu. Dinyanyikan oleh seorang wanita tua dalam jabatannya sebagai Walian Tua (pemimpin Walian) pada upacara Rumages, wanita tua itu akan berperan sebagai Dewi Karema. Setiap satu syair dinyanyikan, maka penari Maengket akan menyambut dengan menyanyikan bagian refrein...."Eeeeh Rambi-rambian" artinya " bunyikanlah gong perunggu" ( Rambi = gong perunggu), nyanyian itu adalah sebagai berikut, mulai syair pertama yang langsung diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Dari cerita inilah sumber utama Minahasanologi mengenai agama asli, kepercayaan, seni budaya, dan adat kebiasaan orang Minahasa.

      Hapus
    2. Dari buku asalnya lah....

      Hapus
  4. dari buku mana cerita ini di ambil ??

    BalasHapus
  5. Judul dan penulis pustaka nya ...?

    BalasHapus
  6. Diambil darimana cerita in8

    BalasHapus
  7. Opo wananatase
    Itu salah satu lirik lagu maengket,saya sangat suka tarian maengket saya juga adalah penari maengket yang sudah pernah mengikuti beberapa lomba.saya cinta minahasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama saya juga adalah salah satu penari maengket cilik dari manokwari papua barat

      Hapus
    2. Sama saya juga adalah salah satu penari maengket cilik dari manokwari papua barat

      Hapus
  8. Saya pernah baca tentang TOUARU atau TOAR dan LUMEENGEMUT atau LUMIMUUT dengan letusan gunung Manembo dan banjir bah sampai ceritanya di Modoinding .....
    Ceritanya beda tetapi agak mirip...

    BalasHapus
  9. Hebat masukannya...mirip mirip memang masih perlu referensi untuk melengkapi....sebagai orang asli minahasa saya harapkan masukan lagi...semangat viva Minahasa..πŸžπŸžπŸžπŸžπŸžπŸ πŸ πŸŽπŸ„πŸ…πŸ‹πŸŠπŸ‡πŸπŸŒ³πŸŒ²πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄Tuhan Jesus memberkat NKRI n bumi ini amin

    BalasHapus
  10. Marijo berikan masukanπŸ£πŸ“πŸ”πŸ€πŸ₯πŸΊπŸπŸ’ keke n utu Minahasa...🌈☔

    BalasHapus
  11. Torang masukan sebanyaknya agar tong samua mangarti apa iru Minahasa tercinta ini πŸ’πŸ‘πŸ‘ͺπŸ‘«πŸ‘¬πŸ‘­πŸ‘πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ²πŸŒ²πŸŒ²πŸŒΉπŸŒΉπŸŒΉ

    BalasHapus
  12. Baru tahu jalan ceritanya,aku mau ambil buat tugas untuk anakku, tapi harus diterjemahkan dalam bahasa daerah tontemboan

    BalasHapus
  13. Permisi mau nanya
    Pesan moralnya apa ya tolong di jawab soalnya ini tugas sekolahπŸ€—πŸ€—

    BalasHapus